Minggu, 22 Agustus 2010

Minggu Ceria :)

Berawal dari tawaran Pak SGH, bosku yang buaaaeek hati, untuk jalan-jalan ke Masjid Turen pada Rabu kemarin, akhirnya tadi pagi aku dan IDS, rekan kerjaku, bersama keluarga Pak SGH jalan-jalan ke Masjid Turen, yang ternyata bukanlah masjid seperti yang dibicarakan orang-orang, melainkan pondok pesantren. Sebenarnya acara jalan-jalan ini hampir tidak terlaksana, karena teman-teman kantor lainnya memilih untuk bersitirahat pasca deadline yang sangat tidak bersahabat.

Ok, back to jalan-jalannya.
Ada apa se dengan Masjid ato Ponpes Turen? beberapa tahun yang lalu, ponpes ini menjadi buah bibir di mana-mana; yang katanya masjid tibanlah, masjid yang dibangun oleh jinlah dan sebagainya. Kenapa bisa demikian? karena konon bangunan ini tiba-tiba berdiri dan tidak tanggung-tanggung, bangunan ini memiliki 10 lantai dengan luas keseluruhan mencapai 4 ha. Arsitekturnya juga unik padahal menurut sejarahnya arsitek masjid ini bukanlah arsitek handal, melainkan pengasuh ponpes itu sendiri yang latar belakang pendidikannya juga gag canggih-canggih amat.

Karena tak satupun dari kami yang sudah pernah mengunjungi ponpes ini, jadilah sepanjang perjalanan menuju ponpes Turen, kami melihat video tentang ponpes ini beserta respons dari beberapa pengunjung yang semuanya sangat mengagumi ponpes ini. Banyak dari mereka yang sampai menitikkan air mata saking terharunya melihat arsitektur ponpes ini. Tapi kok kesan yang kami tangkap sesampainya di sana beda ya??

Ya, arsitektur ponpes ini memang unik, dibangun oleh para santri sendiri dan dengan alat seadanya. Ponpes ini juga berbeda dengan ponpes pada umumnya. Di lantai dasar, kita bisa menikmati biota bawah laut dengan tatanan yang sangat apik dan menarik, di lantai 4 ada ruangan yang sangat luas dengan lantai dan dinding marmer, lantai 7-8 ada banyak sekali kios yang menyediakan makanan khas Malang, pakaian, mainan, dan tentunya souvenir khas ponpes ini dan di lantai 10, langit-langitnya dibuat menyerupai stalaktit dan stalagmit. Kami sempat melihat pembuatan stalaktik dan stalagmit pada langit-langit lantai sepuluh dan mereka benar-benar melakukannya secara manual,, genius rite?!

Tapi, itu semua tidak sampai membuat kami terharu sampai menitikkan air mata. Oya, ternyata ponpes ini belum 100% jadi. masih banyak bagian yang dalam proses pembangunan dan perbaikan dan entah karena di sengaja atau tidak, dari lantai dasar sampai lantai sepuluh, mesti ada saja bagian yang tidak selesai.

Tidak lama kami di sana, setelah berhasil sampai di puncak ponpes, kami memutuskan pulang. Dan karena bos saya sangat pengertian pada saya yang tidak kenal jalanan di Malang, jadilah kami dibawa menyusuri jalanan baru sepanjang Turen-Malang. Dan di sepanjang jalan itu, saya mendengarkan banyak sekali cerita tentang Bos saya dan keluarganya. Mulai dari masa kecil hingga perjalanan spiritual mereka ke Mekkah-Madinah yang membuat saya benar-benar pengen cepat mengunjungi Rumah Allah dan Nabi Muhammad tersebut. ah, sebelum saya lupa, bos saya itu bukan cuma sekadar bos bagi saya, tetapi juga sosok bapak yang selalu mengingatkan dan perhatian kepada anaknya. Bos saya dan keluarga adalah salah satu dari sedikit cerminan keluarga bahagia yang pernah saya kenal. They're soooooooo inspiring :)

Berikut beberapa foto yang sempat saya ambil di ponpes Turen, Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah










2 komentar:

  1. ow, ow, ow....
    so ciiiittttt...


    but, kok bos n keluarganya aja yang dibahas???
    pembahasan tentang rekan kerjanya yang baik itu mana, atuh?

    BalasHapus
  2. rekan kerja yang baik yang mana ya? aku kan nyebutnya cuma rekan kerja. gag ada tu baik2nya. hahahahahaha

    BalasHapus